Nan Sarunai

Penghuni pertama di bumi Kalimantan Selatan bukanlah suku Banjar, melainkan suku Dayak. Bisa dikatakan, migrasi manusia ke Kalimantan terbagi menjadi 2 gelombang, yaitu gelombang pertama yang kita kenal dengan suku Dayak (Proto Melayu) yang pada gelombang pertama mendiami daerah pedalaman. Ada anggapan bahwa sebenarnya suku Dayak tidaklah migrasi ke daerah pedalaman, melainkan karena berakhirnya zaman interglasial, mereka yang awalnya di pesisir menjadi berada di daerah pedalaman seiring dengan surutnya air laut. Hal ini dilihat dari struktur tanah berpasir dan bukit-bukit yang seperti teluk. Apapun itu, suku Dayak adalah penghuni pertama di Propinsi terkecil di Kalimantan. Penduduk yang datang menyusul berikutnya adalah Suku Banjar (Deutro Melayu), penamaan ini kemudian memisahkan secara psikologi antara Suku Dayak (asli) dan Suku Banjar (pendatang).

Suku Banjar mendiami daerah pesisir Kalimantan Selatan, sehingga untuk memahami perkembangan pemerintahan, kita tak bisa melepaskan diri dari kemajuan politik suku Dayak yang telah mendirikan Kerajaan Nan Sarunai (ada sumber yang menyebutkan periode kerajaan Nan Sarunai ini bersamaan dengan Kerajaan Tanjung Puri.) Nan Sarunai berarti yang sangat termasyur.

Kemasyuran Kerajaan Nan Sarunai mungkin sampai ke Madagaskar, hal ini di dukung oleh para pakar yang menyatakan, bahwa ada persamaan bahasa antara bahasa orang Madagaskar dengan Maanyan.

Tak ada catatan yang menunjukkan kapan kerajaan Nan Sarunai di dirikan kecuali melalui nyanyian atau wadiah yang kemudian ditransformasikan kepada generasi berikutnya. Melalui riwayat lisan, Suku Maanyan  pada tahun 1309, yang kemudian mendapatkan dua kali serangan sehingga menghancurkan kerajaan Nan Sarunai. Usak Jawa merupakan istlah yang gunakan oleh suku Maanyan untuk menggambarkan serangan Majapahit kedaerah tersebut.

Hal ini mendorong terjadinya eksodus besar-besaran dari dari suku Maanyan yang kemudian menyebar ke Kalimanan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Suku Dayak Maanyan menghuni didaerah aliran sungai Tabalong. Merupakan masyarakat yang homogen, dengan kehidupan organisasi kemasyarakat yang sangat harmonis. Semua itu dilakukan bukanya karena aturan adat yang melulu berisikan hukum tradisional ataupun larangan tradisional.

Sebagaimana suku Dayak pada umumnya yang tinggal di rumah Betang, suku Dayak Maanyan kemudian berkembang menjadi pranata negara yang kita kenal dengan Nan Sarunai. Periode Nan Sarunai ini diperkirakan sama dengan periode kerajaan Kahuripan dan Tanjung Puri.

Daftar bacaan:

M. Suriansyah, dkk (editor), Sejarah Banjar Propinsi Kalimantan Selatan, 2004, Banjarmasin: Badan Penelitaan dan Pengembangan Propinsi Kalimantan Selatan.

Sutrisno Kutoyo dan Sri Sultjiatiningsih (editor), Sejarah Daerah Kalimanatan Selatan 1984, Banjarmasin: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wikipedia, “nan sarunai” diakses pada 12:25 22/03/2011.

Admin, “Kerajaan Nan Sarunai: Pemerintahan Kuno Bangsa Dayak.”terarsipkan di: www.kompas.com

Tinggalkan komentar